close

Nilai dalam Cerpen

Materi Bahasa Indonesia – Pembahasan materi tentang cerpen telah kamu peroleh pada artikel kami sebelumnya. Kamu tentu sudah bisa menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan cerita pendek dan unsur-unsur yang ada dalam cerita pendek. Pada pelajaran kali ini kamu akan belajar tentang nilai-nilai (moral, sosial, dan budaya) yang ada dalam cerita pendek. Itu artinya kamu akan membahas salah satu bagian yang ada dalam unsur ekstrinsik dalam karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan rangkaian unsur yang ada di luar karya sastra. Misalnya, nilai sosial dan budaya yang dimunculkan dalam cerita, status sosial tokoh yang ditempelkan pengarang pada tokohnya, aspek moralitas dan religius yang digunakan dan banyak lagi unsur-unsur lain dalam kehidupan bermasyarakat yang dimasukkan pengarang dalam teks cerita tersebut (Sudjiman, 1988). Perhatikan kutipan penggalan dari cerita pendek berikut.
https://www.ilmubahasa.net/2015/03/nilai-dalam-cerpen.html
nilai dalam cerpen
“Beberapa bulan lagi Badri akan genap
tiga puluh tahun. Dibandingkan dengan angkatannya, ia sudah dipandang
sangat terlambat memperoleh istri. Bukan karena telunjuknya bengkok
ataupun kompong, melainkan idealismenya yang meluap-luap dalam lapangan
sosial dan kebudayaan. Ketika ia menyadari bahwa perjuangan tidak akan
selesai meski ia akan hidup terus sebagai jejaka, namun untuk memperoleh
seorang tidaklah begitu mudah baginya. Ada tiga macam halangan yang
tidak begitu mudah ditembus akal sehatnya. Demi turunannya, agar
generasi muda masa mendatang tidak lagi pendekpendek potongan tubuhnya,
ia merindukan seorang gadis yang tinggi semampai. Paling kurang 160 cm
tingginya. Dan itu tidak mudah ditemuinya dalam masyarakat yang berbakat
pendek. Halangan lainnya, karena Badri berdarah campuran yang dianggap
kurang bermutu menurut pandangan adat minangkabau yang lebih menyukai
perkawinan awak sama awak. Halangan lain, ialah kalkulasi biaya hidup
yang tak kan klop lagi bila ia nikah. …

Mereka sudah lama
menikah dan kini telah punya dua orang bayi yang demikian rapat jarak
kelahirannya. Mereka kawin dengan pesta yang meriah dan upacara adat
tradisional. Dan semenjak itu Badri tinggal di rumah mertuanya, seperti
juga suami-suami lainnya di Minangkabau. Pola hidup yang matrilineal
yang tidak disukai Badri ketika masa remajanya, ternyata pula tak perlu
diributkan.
 

                                                                                                       (A.A. Navis dalam Jodoh)

Penggalan cerpen di atas memuat nilai-nilai sosial budaya daerah Minangkabau yang sangat kental. Nilai-nilai sosial dalam budaya Minangkabau sangat jelas terlihat dalam penggambaran pada kutipan di atas. Bahwa sosok Badri yang dimunculkan sebagai sosok yang dilahirkan dari pasangan yang berbeda latar budaya sehingga ia dianggap kurang bermutu dalam nilai budaya Minangkabau. Nilai-nilai budaya Minangkabau juga tergambar jelas pada kutipan di atas, bahwa pola hidup dengan garis keturunan ibu (matrilineal) merupakan adat dari budaya Minangkabau yang tidak bisa diubah atau ditinggalkan masyarakat Minangkabau. Indentifikasi terhadap nilai sosial dan budaya di atas merupakan salah satu dari sekian banyak nilai yang ada dan digunakan dalam prosa, baik cerita pendek, novel ataupun roman.
Mudah bukan teman-teman dalam mencari aspek nilai dalam cerpen. Sebarkan artikel ini jika bermanfaat bagi teman-teman semuanya, Karena berbagi adalah sumber ilmu yang bermanfaat. Semoga bermanfaat. Salam kami.

Leave a Comment